MAJALENGKA,fokusdialog.com
Salah satu sekolah dasar negeri
(SDN) di Kabupaten Majalengka mengalami krisis murid baru. SD Negeri (SDN)
Kertasari 3 yang berada di Kecamatan Kertajati tidak mendapatkan satu pun
peserta didik baru pada tahun ajaran 2025. Jumlah murid secara keseluruhan pun
hanya tersisa 18 siswa, dengan sebagian kelas kosong tanpa murid.
Ketua Kelompok Kerja Kepala
Sekolah (K3S) Kecamatan Kertajati, Asikin, membenarkan bahwa hingga pengumuman
akhir Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), belum ada satu pun orang tua yang
mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut.
“Tahun ini belum ada pendaftaran
sama sekali. Artinya, untuk kelas I belum ada murid baru,” ujar Ikin, Rabu
(9/7/2025).
Kepala Sekolah SDN Kertasari 3,
Sofia Widawaty, menyampaikan bahwa saat ini sekolah hanya memiliki 18 siswa
aktif. Sebelumnya berjumlah 19 siswa, namun satu di antaranya pindah ke sekolah
lain. Adapun sebaran siswa per kelas sangat timpang. Kelas I dan V kosong,
kelas II ada 3 murid, kelas III terdapat 4 murid, kelas IV hanya 3 murid, dan
kelas VI dihuni 8 murid.
“Setiap tahun memang sulit
mendapatkan murid baru. Tahun ini sama sekali tidak ada pendaftar. Kebanyakan
orang tua lebih memilih menyekolahkan anaknya ke sekolah yang lebih dekat atau
lebih ramai,” ujar Sofia.
Padahal, dari sisi fasilitas, SDN
Kertasari 3 terbilang memadai. Sekolah ini merupakan hasil relokasi dari
bangunan lama yang terdampak proyek pengembangan Bandara Internasional Jawa Barat
(BIJB) Kertajati, dan kembali dibangun pada 2017 dengan total sepuluh ruang
kelas yang masih layak pakai.
Namun demikian, faktor geografis
menjadi salah satu kendala utama. Lokasi sekolah yang terpencil sekitar 500
meter dari pemukiman warga dan berada di tengah sawah membuat banyak orang tua
enggan mengirim anaknya ke sana.
“Jauh, dan di tengah sawah. Itu
yang sering disampaikan orang tua murid,” tutur Sofia.
Masalah lain yang membelit adalah
minimnya tenaga pengajar. Saat ini, hanya ada dua guru aktif, yaitu satu PNS
yang akan pensiun bulan Juli ini dan satu guru honorer. Akibatnya, kegiatan
belajar mengajar harus digabung dalam satu ruangan meskipun tersedia cukup
ruang kelas.
“Kami terpaksa menggabungkan semua
siswa dalam satu kelas karena kekurangan guru,” kata Sofia.
Situasi ini menjadikan SDN
Kertasari 3 sebagai potret nyata tantangan pendidikan di daerah terpencil.
Meskipun memiliki infrastruktur yang memadai, sekolah ini kesulitan berkembang
karena keterbatasan sumber daya manusia dan lokasi yang tidak strategis.
Pihak sekolah berharap ada
perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat agar sekolah tidak ditinggalkan
dan terus bisa melayani kebutuhan pendidikan warga setempat.
Terkait hal tersebut, Kadisdik
Majalengka, Rd. Muhammad Umar Ma'ruf mengatakan, proses Seleksi Penerimaan
Murid Baru (SPMB) tahun ini secara umum berjalan lancar di semua jenjang,
meskipun ada beberapa kendala di sekolah tertentu.
"Saya sampaikan bahwa SPMB di
Kabupaten Majalengka selesai, pendaftaran kami dari mulai tingkat Bau TK, SD
dan SMP alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar. Namun memang ada beberapa
kendala. Contohnya di salah satu sekolah dasar di Kertasari 3 di Kecamatan
Kertajati," ujarnya.
Menurut Umar, belum adanya
pendaftar di SDN Kertasari 3 dipengaruhi oleh letak geografis sekolah yang
cukup jauh dari permukiman warga. Hal ini membuat calon peserta didik memilih
mendaftar ke sekolah lain yang lebih dekat.
"Dalam pelaksanaan SBMB
sekarang, memang sampai hari ini terlaporkan belum ada siswa yang daftar. Tapi
bukan berarti kita tidak boleh mendaftar, karena SBMB itu termasuk sistem.
Karena persoalannya adalah jarak dari penduduk. Kemungkinan penduduk dengan SD
Kertasari 3 ini lumayan terbilang jauh," jelasnya.
Umar menambahkan, saat ini SDN
Kertasari 3 masih memiliki 18 siswa aktif dari kelas 2 hingga kelas 6, kecuali
kelas 5. Sementara itu, siswa baru dari wilayah tersebut cenderung memilih SDN
Kertasari 2. **(Ujang AR)


